Imam Al-Ghazali: Tanda-tanda Orang Beribadah kepada Allah Penuh Cinta
Selasa, Juni 27, 2017
Tambah Komentar
Shabat Petuah yang dirahmati Allah, mungkin di antara kita ada yang
mengaku mencintai Allah, Beribadah dengan penuh cinta kepadaNya. tetapi
sesungguhnya masih tidak mengetahui apa sajakah tanda-tanda cinta padaNya?
Pertanyaan yang akan muncul bagaimana ciri-ciri atau tanda-tanda
orang yang beribadah kepada Allah karena cinta kepada-Nya?
Dalam buku karyanya yang berjudul Ihya ‘Ulumuddin Imam Al-Ghazali
membeberkan tanda-tanda cinta dan apabila dirangkum maka akan terdapat tiga
tanda cinta.
Tanda Cinta Pertama
“Man ahabba syai’an ahabba Dzikrahu”
“Barang siapa yang mencintai sesuatu maka ia senang untuk
mengingat-ingatnya”.
tanda cinta yang pertama ialah apabila seseorang mencintai sesuatu
maka ia akan terus mengingat apa yang disenanginya. Tidak ada yang lebih sering
diingat kecuali apa yang disenanginya.
Orang tua yang cinta kepada anaknya ia
akan senan tiasa teringat dengan anaknya. Ketika hendak makan ia teringat
dengan anaknya, apakah annaknya sudah makan atau belum. Orang tua akan
sering sms ataupun telfon untuk memastikan apakah kondisi anaknya
baik-baik saja.
Sama halnya jika kita cinta kepada Allah SWT maka tanda cinta
yang akan muncul adalah
“Man ahabballah ahabba Dzikrahu”
“Barang siapa yang mencintai Allah maka ia senang untuk
mengingat-ingat-Nya”.
Orang yang cinta kepada Allah ia akan selalu ingat kepada-Nya kapan
pun, dimana pun tempatnya dan dalam kondisi apapun. Setiap langkahnya dan
setiap aktifitasnya tidak pernah luput dari dzikir kepada Allah, serta di dalam
hatinya selalu ada Allah sehingga ia tidak melakukan hal-hal yang dilarang
Allah dan selalu mengerjakan apa-apa yang diperintahkan Allah karena ia selalu
merasa diawasi oleh Allah.
Tanda Cinta Kedua
“Man ahabba syai’an ahabba liqaahu”
“Barang siapa yang mencintai sesuatu maka ia senang untuk
menemuinya”.
Tanda cinta yang kedua adalah senang apabila bertemu dengan yang
dicintainya. Ia tidak mengkin menghindari pertemuan dengan apa yang
disenanginya. Ia tidak mungkin menunda pertemuan dengan yang disenanginya. Ia
akan mendahulukan pertemuan dengan apa yang disenanginya dari pada yang
lainnya.
Contohnya saja ada seseorang yang senag sekali dengan mobil barunya,
sebentar-sebentar menengok mobilnya dan tak sabar ingin mengendarainya.
Begitu
pula ketika seseorang mencintai orang lain maka ia akan senang apabila ia
bertemu dengan yang dicintainya. Seharusnya inilah yang kita lakukan dalam
beribadah kepada Allah sehingga ciri orang yang beribadah kepada Allah karea ia
cinta kepada Allah adalah
“Man ahabballah ahabba liqooahu”
“Barang siapa yang mencintai Allah maka ia senang untuk
menemui-Nya”.
Orang yang cinta kepada Allah maka ia akan senang ketika hendak
bertemu dengan Allah. Ia akan bersegera untuk bertemu dengan Allah. Ia tidak
akan menunda untuk bertemu dengan Allah dan ia akan mendahulukan bertemu dengan
Allah dari pada bertemu dengan selain-Nya.
Salah satu media bertemunya seorang
hamba dengan sang pencipta adalah ketika shalat. Ketika terdengan suara “hayya
‘alassholaah…..” maka ia akan bergegas untuk menemui yang dicintainya. Ia
akan meninggakan segala aktifitasnya untuk melaksanakan sholat.
Dalam karyanya Ihya ‘Ulumuddin Imam Al-Ghazali mengisahkan kisah
kekasih Allah yaitu kisah Nabi Ibrahim a.s ketika hendak wafat yang bersumber
dari hadis yang termasyhur. Hadis ini menceritakan bahwa suatu ketika malak ul-maut,
yakni Izrail, “Apakah engkau pernah melihat seorang Sahabat (Yang Dicintai)
[maksudnya: Allah yang dicintai Ibrahim] mengambil nyawa sahabatnya (yang
mencintai) [maksudnya: seorang hamba (Ibrahim) yang mencintai-Nya]?” Setelah
itu, Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Ibrahim,
“Apakah engkau melihat seorang
sahabat (yang mencintai) tidak suka bertemu dengan Sahabatnya (Yang Dicintai)?”
Kemudian Nabi Ibrahim berkata kepada malaikat Izrail, “Wahai malak ul-maut,
sekarang cabutlah nyawaku.” Inilah gambaran seorang hamba, kekasih Allah rindu
untuk bertemu dengan kekasihnya. (Ihya ‘Ulumuddin: Jilid 11/12)
Tanda Cinta Ketiga
“Man ahabba syai’an ahabba ma’ahu”
“Barang siapa yang mencintai sesuatu maka ia senang untuk
bersamanya”.
Ini adalah tanda cinta yang terakhir dan yang paling utama. Orang
yang mencintai sesuatu ia akan senang dan rela untuk bersama dengan apa yang dicintainya,
ia akan senang dan rela untuk berlama-lama dengan apa yang dicintainya. Ketika
sedang bersama dengan yang dicintainya ia akan enggan terburu-buru ketika
sedang bersama dengan apa yang dicintainya.
Jika seseorang mencintai Allah maka
ciri utamanya ialah
“Man ahabballah ahabba ma’ahu”
“Barang siapa yang mencintai Allah maka ia senang untuk
bersama-Nya”.
Orang yang mencintai Allah ia tidak aka terburu-buru dalam
beribadah kepada Allah. Contohnya ketika sholat, seseorang yang mencintai Allah
ia akan tuma’ninah dalam sholatnya, tenang dalam setiap gerakan sholatya yang
akan melahirkan kekhusyu’an.
Ciri utama bagi orang yang senang berlama-lama
dengan Allah ketika ia sholat adalah ia akan segera memulai untuk sholat namun
ia tidak ingin segera untuk mengakhirinya. (Ihya ‘Ulumuddin: Jilid 11/86)
Inilah tiga tanda dari orang yang melakukan ibadah kepada Allah
karena cintanya kepada Sang pencipta. Imam Al-Ghazali menyatakan bahwa manusia
akan rusak tanpa ilmu, ilmu tidak berguna tanpa amal, dan amal akan sia-sia
tanpa ikhlas.
Mudah-mudahan kita semua bisa mencapai tingkatan yang lebih
tinggi dalam beribadah tentunya ibadah karena rasa cinta kita kepada Allah
sehingga ibadah yang kita lakukan adalah ibadah yang ikhlas karena Allah SWT.
Aamiiin.
Sumber: cyberdakwah.com
Belum ada Komentar untuk "Imam Al-Ghazali: Tanda-tanda Orang Beribadah kepada Allah Penuh Cinta"
Posting Komentar