Bercinta Setelah Menikah Jauh Lebih Nikmat
Rabu, Juni 14, 2017
Tambah Komentar
Dr. Achmad
Tafsir pernah bercerita bahwa orang sering meremehkan masalah seksual dalam keluarga,
padahal banyak krisis keluarga yang sebetulnya terjadi dikarenakan adanya
masalah-masalah seksual yang tidak diselesaikan. Kedua belah pihak tidak
terbuka. Dalam perkembangan waktu masalah-masalah itu kemudian
terakumulasi, dan akhirnya meledak menjadi
krisis keluarga. Ada sikap-sikap
ekstrem terhadap seks itu, yang tidak seluruhnya benar.
Seks dalam
keluarga merupakan masalah suci. Islam memberi tempat bagi manusia untuk
menghidupkan aktivitas seks bagi suami-istri. Allah menyediakan kemuliaan
akhirat ketika suami-istri memenuhi kebutuhan seksnya, sekalipun itu sekedar
untuk memperoleh kesenangan dari kekasihnya yang sah. Ketika seorang suami
memandang istrinya, atau istri memandang suami, dengan penuh syahwat untuk
bercumbu atau berjima’, Allah memandang mereka dengan pandangan rahmat.
Alhasil,
seorang muslim yang baik juga perlu memahami tuntunan Islam mengenai seks agar
perilaku dan kebutuhan seksnya mempunyai nilai di hadapan Allah. Sikap
ekstrem dalam masalah seks, sebaiknya dihindari. Menyibukkan dalam zikir
sehingga melalaikan kebutuhan seks istrinya, tidak dipandang sebagai kemuliaan
oleh agama. Begitu juga, tidak benar seorang istri menenggelamkan diri dengan
kesibukan ibadah sehingga mengakibatkan kebutuhan seks suami terlantar.
Abu Sa’ad
menuturkan, Rasulullah Saw. pernah menegur istri Shafwan ibn Mu’attal karena
terlalu banyak beribadah sehingga mengganggu kehidupan perkawinannya. Wanita
itu biasa membaca dua surah yang panjang-panjang dalam shalat Isya’nya,
sehingga membuat suaminya menunggu. Ia juga kerap melakukan puasa tanpa seizin
suaminya, yang membuatnya kelelahan dan menghindari setiap kesempatan untuk
melakukan hubungan intim dengan suaminya di siang hari (karena hubungan
seksual dilarang ketika melakukan ibadah puasa). Rasulullah memberikan
peraturan demi suaminya, kata Ruqayyah Waris Maqsood. Beliau menganjurkan untuk
membatasi bacaannya pada satu surah saja, dan puasa bila diizinkan suaminya.
Hal yang
sama juga terjadi ketika Rasulullah Saw. mendengar tentang seseorang yang suka
berkhalwat, yaitu ‘Abdullah ibn ‘Amr. Ia biasa melakukan shalat di sepanjang
malam dan puasa di sepanjang siang. Rasulullah menasehatinya untuk tidak
berlebihan dalam ibadahnya seraya mengatakan, “Matamu mempunyai hak atas
kamu, tamumu mempunyai hak atas kamu, dan istrimu pun mempunyai hak atas kamu.” (HR
Bukhari).
Allah ‘Azza
wa Jalla memberikan rahmat bagi suami-istri yang melakukan jima’. Allah
juga memberikan kenikmatan surgawi yang sangat menyenangkan ketika berjima’. Jima’ memberikan kelegaan dan
keindahan dalam rumah tangga. Jima’ sangat penting dalam menjaga keharmonisan
hubungan suami-istri. Ia bisa mempererat jalinan perasaan dua orang yang
berlainan jenis itu.
Jima’ begitu
penting dalam menegakkan kehidupan rumah tangga. Tetapi ada yang lebih penting
dari itu. Manusia membutuhkan ketenangan (sakinah), cinta kasih dan
rahmah. Jima’ hanyalah salah satu wasilah (perantara) untuk mencapai
ketenangan jiwa karena gejolak syahwat dapat disalurkan melalui jalan yang
halal dan dihormati Allah. Karena itu, jima’ secara halal dapat menambah
kecintaan suami-istri. Jima’ hanyalah wasilah. Ketika seseorang melakukan
jima’, maka yang paling penting bukanlah kenikmatan bersetubuh, tetapi
ketenangan jiwa, kejernihan hati, dan kelapangan dada dari beban karena desakan
itu bisa disalurkan dengan baik. Sekalipun demikian, jima’ bukan semata
peristiwa biologis. Ia juga merupakan peristiwa psikis. Ketika jima’ terhenti
hanya sebagai peristiwa biologis, maka yang ia peroleh hanyalah kenikmatan saat inzal (ejakulasi
bagi laki-laki, lubrikasi dan keterangsangan bagi wanita). Sesudahnya tak ada
ketenangan hati dan ketenteraman jiwa saat menjalani kehidupan bersama dalam
rumah tangga, saat mendidik anak, dan saat memperjuangkan komitmen kehidupan.
Atau barangkali hal-hal semacam ini sudah tidak mengusik hati, karena keresahan
jiwa sudah menjadikan mereka sibuk terhadap kenikmatan-kenikmatan periferal
(semu).
Belum ada Komentar untuk "Bercinta Setelah Menikah Jauh Lebih Nikmat"
Posting Komentar