Ayat Al-Qur'an yang Mengisyaratkan Lenyapnya Negara Israel dan Bebasnya Masjidil Aqsha
Jumat, Juni 16, 2017
Tambah Komentar
Allah Subhanahu Wa
Ta’ala berfirman Allah:
إِنَّ هَذَا الْقُرْءَانَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ
الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا
كَبِيرًا (٩) وَأَنَّ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ أَعْتَدْنَا لَهُمْ
عَذَابًا أَلِيمًا (١٠)
“(9) Sesungguhnya Al
Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi
khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi
mereka ada pahala yang besar; (10) dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman
kepada kehidupan akhirat, Kami sediakan bagi mereka azab yang pedih. (Q.S.
al-Isra’, 17: 9 – 10)
Kedua ayat ini
terdapat dalam surat al-Isra’ yang berarti perjalanan malam yang diambil dari
kata asra’ yang terdapat pada ayat pertama, dikaitkan dengan perjalanan
malam Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dari Masjidil Haram di Mekkah ke
Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis (Palestina). Jarak antara kedua tempat ini
kurang lebih 1.500 km yang dalam perjalanan biasa memerlukan waktu sekitar 40
hari.
Surat ini dinamakan
pula dengan surat Bani Israil, dikaitkan dengan penuturan tentang Bani Israil
(anak keturunan Nabi Ya’kub ‘Alaihi Salam) pada ayat ke-2 sampai ke-8 dan
kemudian pada ayat 101 sampai dengan ayat 104.
Lenyapnya Negara Israel dan Bebasnya Masjidil Aqsha
Menurut Sayyid Quthb
dalam “Fi Dzilalil Qur’an”, peristiwa Isra’ yang disebut dalam surat al-Isra’
adalah mengabarkan tentang tumbangnya kejayaan Bani Israel.
Peristiwa isra’
merupakan tanda kekuasaan Allah dan sebuah perjalanan yang menakjubkan dalam
ukuran empirik manusia. Masjidil Aqsha yang menjadi ujung perjalanan adalah
pusat tanah yang mulia (al-syarif). Tempat yang ditentukan Allah untuk Bani
Israel lalu Allah mengusir dari negeri itu karena kemaksiatan yang mereka
lakukan.
Surat al-Isra’ secara
umum berisi tentang akhir perjalanan hidup dan kejayaan bangsa Yahudi, juga
mengungkapkan hubungan langsung antara tumbangnya kejayaan suatu bangsa dengan
maraknya kemaksiatan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Hal ini sejalan
dengan sunnatullah yang disebutkan pada ayat 16:
وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا
فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا(١٦)
“Dan jika Kami
hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang
hidup mewah di negeri itu (supaya menta`ati Allah) tetapi mereka melakukan
kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya
perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu
sehancur-hancurnya.”
Membaca surat
al-Isra’ dengan metode tafsir analitik, disimpulkan bahwa terdapat dua janji
Allah tentang kehancuran bangsa Yahudi;
Kehancuran Pertama
فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ أُولَاهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا
لَنَا أُولِي بَأْسٍ شَدِيدٍ فَجَاسُوا خِلَالَ الدِّيَارِ وَكَانَ وَعْدًا
مَفْعُولًا (٥)
“Maka apabila datang
saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami
datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu
mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti
terlaksana.” (Q.S. al-Isra’: 5)
Kemaksiatan yang
paling besar ialah karena mereka menyembah berhala dan membunuhi para nabi.
Maka Allah mendatangkan Nebukadnezar ke Yerusalem lalu dihancurkanlah negeri
itu dan “dia merajalela di kampung-kampung” dengan meruntuhkan dan meratakan
dengan tanah seluruh bangunannya. Anak-anak dibunuhi dan beribu-ribu tawanan
dibawa ke Babilonia.
Kehancuran bangsa
Yahudi ini terjadi 500 tahun sebelum Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
hijrah ke Madinah dan sebelum adanya Isra’ dan Mi’raj.
Kehancuran Kedua
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ
فَلَهَا فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا
الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا
تَتْبِيرًا(٧)
“Jika kamu berbuat
baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat
jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman
bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk
menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana
musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan
sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.” (Q.S. al-Isra’: 7)
Inilah jaminan Allah
kepada Bani Israil, bahwa apabila mereka berbuat baik maka kebaikan itu akan
kembali kepada diri mereka sendiri dan apabila mereka berbuat jahat maka hasil
kejahatan itu akan menimpa diri mereka sendiri.
Sebelumnya pada ayat
ke-6 disebutkan bahwa Allah telah memberikan berbagai anugerah kepada bangsa
Yahudi (Israil) dengan mengembalikan negeri mereka setelah dirampas oleh bangsa
Persia ditambah dengan limpahan kekayaan dan memberikan banyak anak laki-laki
yang kuat serta pasukan yang tangguh.
Dalam konteks
kekinian, menurut Muhammad al-Rasyid, ayat ke-6 ini dapat dipahami sebagai
berikut:
“Allah memberikan
kembali tanah mereka yang kedua kali dari musuhmu.” Berdirinya negara Israel
tahun 1948, yaitu setelah mengalahkan musuh-musuhnya (pasukan Arab).
“Membantu dengan
harta kekayaan yang melimpah.” Berupa bantuan dari Amerika dan donatur-donatur
lainnya.”
“Memberikan anak
laki-laki yang kuat.” Terbukti bahwa sejak kedatangan Israel ke Palestina,
populasi penduduk lebih banyak laki-laki daripada perempuan.
“Kami jadikan kamu
kelompok yang lebih besar.” Terbukti pada perang tahun 1948 dan 1967, tentara
Israel 3 kali lipat lebih banyak dibanding tentara Arab.
Selanjutnya pada
ayat 104, Allah berfirman:
وَقُلْنَا مِنْ بَعْدِهِ لِبَنِي إِسْرَائِيلَ اسْكُنُوا الْأَرْضَ
فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ جِئْنَا بِكُمْ لَفِيفًا(١٠٤)
“dan Kami berfirman
sesudah itu kepada Bani Israil: “Diamlah di negeri ini, maka apabila datang
masa berbangkit, niscaya Kami datangkan kamu dalam keadaan bercampur baur
(dengan musuhmu).”
Ayat ini dapat
dipahami setelah kehancuran karena serangan musuh-musuhnya, bangsa Yahudi
kemudian bercerai-berai (diaspora) ke seluruh penjuru dunia dan kembalinya
bangsa Yahudi ke Palestina pada tahun 1948 adalah berasal dari bermacam-macam
suku dan ras yang ada di dunia.
Dengan kembali dan
berkumpulnya bangsa Yahudi di Palestina saat ini berarti tanda kehancuran
mereka yang kedua sudah dekat. Mereka sedanng menunggu “orang yang akan
menyuramkan muka mereka dan memasuki Masjidil Aqsha serta menghancurkan mereka
sehancur-hancurnya.”
Pada ayat di atas,
“mereka masuk” dengan menggunakan fi’il mudlari’ yang menunjukkan pengertian
‘sedang’ atau ‘akan terjadi’. Dengan demikian, kehancuran yang kedua ini akan
terjadi setelah ayat itu turun. Tentang kapan terjadinya, Allah yang tahu.
Muhammad al-Rasyid
bercerita, “Pada waktu negara Israel berdiri dan memproklamirkan kemerdekaannya
(tahun 1948), seorang wanita Yahudi menangis dan masuk ke rumah keluarganya.
Ketika ditanya, “Kenapa menangis, padahal orang Yahudi sedang bergembira dan
merayakan kemerdekaan Israel?” Dia menjawab, “Bahwa dengan berdirinya negera
Israel yang kedua adalah sebab adanya bani Israel yang akan dihancurkan dan
dibinasakan.
Tafsir analitik tentang kronologi kehancuran bangsa Israel di atas mungkin tidak dijamin kebenarannya karena para ulama pun berbeda-beda dalam menafsirkan ayat-ayat tersebut. Tetapi yang pasti benar adalah bahwa apabila suatu bangsa yang tidak menjadikan al-Qur’an sebagai petunjuk pasti akan hancur dan binasa. Ini adalah sunnatullah.
Sementara itu kita
lihat saat ini, bangsa Israel adalah salah satu bangsa yang tidak menjadikan
al-Qur’an bahkan mereka melecehkannya dengan melakukan berbagai macam kejahatan
terhadap bangsa Palestina dan Masjidil Aqsha. Dengan demikian, kehancuran Israel
sudah sangat dekat. Hal ini dapat kita lihat dari beberapa indikasi, sebagai
berikut:
Sebagai negera
penjajah, Israel jelas kehilangan kemampuan melakukan peleburan dengan bangsa
lain di kawasan Timur Tengah.
Israel mengalami
ketimpangan demografi melawan pertumbuhan warga Arab.
Dunia makin sadar
tentang apa yang terjadi di Timur Tengah. Makin banyak negara yang mendukung
perjuangan Palestina dan makin banyak yang anti Israel. Di Israel sendiri mulai
muncul organisasi swasta yang anti Israel dan melawan penghancuran rumah warga
Palestina dan pengungsian mereka.
Menurunnya jumlah
militer Israel sebab jumlah kelompok usia militer semakin tinggi.
Israel mengalami
masalah sosial dan politik yang krusial karena perpecahan dua partai besar
Kadima dan Likud terus berlanjut.
Kaum terpelajar
sekuler dan Barat eksodus balik dari Israel sehingga yang tersisa hanya
kelompok ekstrim dalam politik dan agama yang saling mengkafirkan dan
menghabisi. Inilah yang digambarkan oleh Allah:
بَأْسُهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيدٌ تَحْسَبُهُمْ جَمِيعًا وَقُلُوبُهُمْ
شَتَّى ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْقِلُونَ(١٤)
“Permusuhan antara
sesama mereka adalah sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati
mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum
yang tiada mengerti.” (Q.S. al-Hasyr, 59: 14)
Indikasi-indikasi di
atas dipercayai oleh banyak pihak, bahkan oleh para pendukung Israel. Menurut
laporan media, Henry Kissinger, mantan Menteri Luar Negeri AS yang berbangsa
Yahudi setuju bahwa dalam waktu dekat Israel akan tidak ada lagi bahwa The New
York Post mengutip perkataan Kissinger, “Dalam 10 tahun tidak ada lagi Israel.”
Lenyapnya Israel
berarti terbebasnya Masjidil Aqsha dari penjajahan Israel, dan yang akan
membebaskan Masjidil Aqsha adalah umat Islam sebagaimana sabda Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ
فَيَقْتُلُهُمْ الْمُسْلِمُونَ حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِيُّ مِنْ وَرَاءِ
الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ فَيَقُولُ الْحَجَرُ أَوْ الشَّجَرُ يَا مُسْلِمُ يَا
عَبْدَ اللهِ هَذَا يَهُودِيٌّ خَلْفِي فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ إِلَّا الْغَرْقَدَ
فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ (رواه البخاري)
“Tidak akan terjadi
Kiamat sehingga kaum Muslimin memerangi kaum Yahudi sampai Yahudi berlindung di
balik batu dan pohon lalu batu dan pohon berbicara “Hai Muslim, hai hamba
Allah, ini Yahudi di belakangku, kemari, bunuhlah dia,” kecuali Ghorqod sebab
ia (Ghorqod) sungguh merupakan pohon Yahudi.” (H.R. Bukhari)
Namun lenyapnya
Israel tidak boleh hanya kita tunggu tetapi harus kita perjuangkan dengan cara
menjadikan al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman hidup.
Menjadikan al-Qur’an
sebagai petunjuk dan pedoman hidup berarti mengikuti al-Qur’an dengan
sebenarnya. Allah berfirman:
الَّذِينَ ءَاتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلَاوَتِهِ
أُولَئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ
الْخَاسِرُونَ(١٢١)
“Orang-orang yang
telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang
sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar
kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (Q.S. al-Baqarah, 2:
121)
Abdullah bin Mas’ud
dan Abdullah bin Abbas berkata, “Mereka membacanya dengan bacaan yang
sebenarnya,” maksudnya adalah mengikuti al-Qur’an dengan sebenar-benarnya,
menghalalkan apa yang dihalalkan, dan mengharamkan apa yang diharamkan dan
tidak menyelewengkan perkataan dari tempat yang semestinya serta tidak
menakwilkannya dengan takwil yang bukan semestinya.”
Wallahu a’lam
bishawab
Kutipan dari mirajnews.com
Belum ada Komentar untuk "Ayat Al-Qur'an yang Mengisyaratkan Lenyapnya Negara Israel dan Bebasnya Masjidil Aqsha"
Posting Komentar