Kamu Akan Menangis Membaca Kisah Ini.! Kisah Bilal Bin Rabah dan Azan Terakhirnya
Jumat, Juni 30, 2017
Tambah Komentar
Sebuah kisah dari seorang sahabat
setia nabi Muhammad saw. Seorang sahabat sekaligus hamba Allah yang tetap teguh
menjaga aqidahnya. Seseorang yang dengan suara emasnya melantunkan seruan azan
kepada para Muslim dan Muslimah untuk bersegera melaksanakan apa yang menjadi
kewajiban sebagai seorang muslim. Ya, kisah dari muazin pertama dalam sejarah
islam “Bilal Bin Rabah”. Kisah yang sangat menyentuh dan tak pernah sekalipun
membosankan meskipun berulang-ulang kita membaca dan memahaminya.
Bilal Lahir dari seorang budak
wanita berkulit hitam yang tinggal di kota Makkah. Tepatnya di daerah As-sarah
pada tahun 43 sebelum Masehi. Ayahnya bernama Rabah. Dikarenakan dirinya
terlahir dari seorang wanita berkulit hitam, orang-orang pun memanggilnya
dengan sebutan Ibnus-Sauda’ yang berarti putra wanita hitam. Tumbuh besar sebagai
seorang budak dari keluarga Bani Abduddar di kota Ummul Qura Mekah. Setelah
ayahnya meninggal dunia, Bilal berada pada kuasa seorang petinggi kaum kafir
Quraisy bernama Umayyah bin Khalaf.
Tak lama setelah itu, Mekah
diterangi Cahaya agama baru. Agama yang paling sempurna yang di bawa oleh
Rosulullah Muhammad saw. Saat itu seruan-seruan kalimat tauhid mulai
dikumandangkan, dan Bilal termasuk dalam golongan orang-orang yang pertama kali
memeluk agama Islam. Sebelum Bilal, beberapa sahabat nabi Muhammad saw juga
telah memeluk agama islam di antaranya adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Ummum
Mu’minnin Khadijah binti Khuwailid yang merupakan istri dari Nabi Muhammad Saw.
Ali bin Abu Thalib, Sumayyah, Shuhaib ar-Rumi, Ammar bin Yasir beserta sang ibu
tercintanya, dan Al-Miwdad bin Al-Aswad. Berbagai tindakan kekerasan,
penganiayaan dan siksaan dari orang Quraisy telah Bilal rasakan.
Bilal merasa tidak ada perlakuan
buruk yang melebihi kejamnya perlakuan orang musyrik atau kafir Quraisy. Namun
dengan kesabaran luar biasa yang ia miliki, ia tetap sabar dan tabah
menjalaninya serta tetap tawakal sebagai seorang muslim yang taat kepada Allah
swt. Orang-orang kafir Quraisy berhati sangat kejam. Mereka menyiksa
orang-orang dari golongan hamba sahaya dan budak tanpa ampun. Mereka ingin
membuktikan kalau merekalah yang berkuasa, dan mereka menentang siapa saja yang
akan memeluk agama Muhammad akan mendapat perlakukan tidak terpuji seperti para
budak itu.Seperti yang dilakukan oleh Abu Jahal yang rela mengotori dirinya sendiri
dengan membunuh Sumayyah. Sebelum membunuhnya terlebih dahulu Abu Jahal mencaci
maki dan menghina Summayah. hingga akhirnya dia menghujamkan tombaknya pada
perut sumayyah sampai menembus punggung. dan Sumayah lah yang merupakan
syuhada (orang-orang yang mati syahid) yang pertama gugur dalam sejarah islam.
Sementara itu, Bilal bin Rabbah
yang merupakan saudara seperjuangan Sumayyah masih terus menerus mendapat
siksaan kejam oleh kaum Quraysh. Siksaan dan perlakuan yang sungguh sangat
tidak tepat diperlakukan pada seorang manusia. Apabila matahari telah berada
tepat di atas kepala, dan seketika luasnya padang pasir mekah menjadi perapian
yang sangat panas. Kaum kafir Quraisy membuka baju orang islam dan
mengenakannya dengan baju yang terbuat dari besi. Tanpa ampun mereka membiarkan
tubuh orang islam semakin terbakar dengan sengatan matahari yang terik itu. Tak
hanya itu, siksaan mereka semakin bertambah saat hujatan-hujatan cambuk
mengayun ke tubuh mereka. Orang qurayshpun hanya tertawa puas dan menyuruh orang-orang
islam mencaci maki Muhammad saw. Meski mendapat siksaan yang begitu dahsyatnya,
hati orang-orang islam tetap teguh dan pasrah kepada Allah dan Rasul-Nya.
Bilal sendiri berkeyakinan
penderitaan itu tidaklah seberapa, penderitaan itu masih sangat ringan jika
dibandingkan dengan rasa cintanya kepada Allah dan perjuangannya untuk memeluk
Islam. Saat mendapat siksaan-siksaan oleh Quraisy Bilal hanya berkata “Ahad,
ahad,, ” yang artinya Allah maha Esa. Kata-kata itulah yang selalu keluar dari
mulut Bilal, meskipun batu besar menindih dada telanjangnya. Belum puas juga,
kaum Qurasy tak hentinya memaksa Bilal agar meninggalkan islam dan segera
menyembah Tuhan mereka yaitu Latta dan Uzza (dua buah patung/ berhala yang
sangat diagungkan oleh kaum Quraisy) .Jika para Quraisy telah merasa lelah
menyiksa Bilal. Mereka mengikat leher bilal dengan tali kasar, lalu tanpa ampun
menyuruh orang-orang dan anak-anak menyeretnya di sepanjang jalan. Bilal tetap
teguh pada keimanannya nya, ia terus menerus mengulang kalimat “Ahad” tanpa
merasa lelah dan bosan sedikitpun. Pernah pada suaru hari Abu Bakar Rodhialohu
anhu memberikan penawaran kepada Pemimpin Quraisy Umayah bin Khalaf untuk
membeli Bilal darinya. Berpikir Abu Bakar tak mampu membelinya, Umayyah
memberikan harga yang selangit. Ia menaikan hargi berlipat ganda.
Namun Abu Bakar akhirnya menyetujuinya,
meskipun harus mengeluarkan uqiyah emas sebanyak sembilan buah.Terjadi
percakapan menarik diantara keduanya saat transaksi jual beli itu terjadi.
Umayah berkata dengan sombongnya :
“Sebenarnya, kalau engkau menawar
sampai 1 Uqiyah-pun, maka aku tidak ragu untuk menjualnya”
Abu Bakar pun membalasnya :
“Seandainya engkau memberi
tawaran sampai seratus uqiyah-pun, maka aku tidak akan ragu untuk membelinya”
Rosulullah sangat bahagia,
setelah mendapat kabar dari Abu Bakar, kalau Bilal telah merdeka.Tak lama
setelah itu, Rasulullah dan para sahabatnya berhijrah ke Madinah untuk
mendakwahkan ajaran islam, termasuk Bilal juga ikut berhijrah. Di Madinah Bilal
tinggal bersama Abu Bakar dan Amir bin Fihr. Di Madinah bersama para
sahabatnya, dia merasa tenang karena jauh dari orang Qurasy yang dulu
sering kali menyiksa dirinya. Bersama para sahabat lainnya Bilal mengerahkan
seluruh hati dan perhatiannya pada Nabi Muhammad saw. Selalu berada di sisi
beliau kemanapun Rasul pergi. Terutama untuk mengajarkan ajaran islam.
Saat itu Bilal ditunjuk oleh
Rasulullah saw untuk mengumandangkan azan di masjid Nabawi. Masjid pertama yang
dibangun oleh nabi Muhammad saw. Bilal lah seorang muazin pertama dalam sejarah
islam.Usai mengumandangkan azan, bilal berdiri di depan rumah Rasul, menanti
hingga beliau keluar dari rumah. dan setelah itu Bilal melanjutkan dengan
mengumandangan iqamah. sebagai tanda bahwa shalat segera dimulai.
Pada suatu hari Najashy, Raja
Habasyah menghadiahkan Muhammad saw dengan tiga buah tombak pendek kesayangannya.
Rasullulah hanya mengambil satu, sedangkan yang dua lainnya diberikan kepada
sahabatnya yaitu Ali bin Abuthalib dan Umar bin Khattab. Namun tak lama setelah
itu Nabi Muhammad saw memberikan tombak pendek miliknya kepada Bilal. Sejak
saat itu kemanapun bilal pergi dia selalu membawa tombak pemberian Nabi
Muhammad tersebut. Bilal menyertai Rasulullah saw dalam perang Badar. Ia
sungguh merasa bahwa Allah benar-benar mencintainya dan sahabat-sahabatnya. Ia
menyaksikan sendiri bagaimana Allah menepati janjinya. Menguatkan tentara islam
dalam mengalahkan kaum Quraisy, menyaksikan sendiri bagaimana kaum Quraisy
mengalami kekalahan hebat dalam perang tersebut, dan Ia juga menyaksikan
sendiri bagaimana Umayyah bin Khalaf , orang quraisy yang dulu selalu menyiksanya
tersungkur ke tanah saat sebuah pedang berhasil menembus punggungnya hingga
mengalirlah darahnya.
Saat Rasulullah saw telah
berhasil menguasai kota Makkah. Beliau hanya ditemani oleh tiga orang
sahabatnya Usman bin Talhah yang merupakan pembawa kunci ka’bah, Usamah bin
Zain yang merupakan kekasih Rasulullah dan putra dari kekasihnya, serta Muazin
kesayangan rasulullah yaitu Bilal bin Rabbah. Menjelang sholat Dzuhur ribuan
orang berkumpul di Ka’bah, tak terkecuali orang-orang Quraisy yang saat itu baru
masuk islam. Ditengah-tengah keagungan itu Bilal ditunjuk oleh Rasulullah untuk
mengumandangkan azan. Tanpa menunggu lagi, dengan senang hati bilal naik Ka’bah
dan melantunkan Azan dengan suara emas yang ia miliki. Saat itu juga ribuan
orang yang berada di ka’abah menujukan pandangan mereka pada bilal, sambil
turut melafalkan kalimat azan yang diserukan Bilal.
Selama Nabi Muhammad saw masih
hidup, Bilal menjadi muazin tetap. Beliau sungguh sangat mencintai suara dari
seseorang yang selama disiksa dulu hanya kalimat “Ahad.. ahad.. ahad..” yang
terucap dari mulutnya itu.
Setelah Rasulullah saw meninggal
dunia, sebelum jenzah beliau dikebumikan, terjadi suatu kejadian yang sangat
mengharukan. Dimana pada saat itu Bilal yang sudah naik di Ka’bah tengah
mengumandangan azan, saat tiba pada kalimah “Asyhadu Anna Muhammadan
Rosulullah .. (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)” bilal
tiba-tiba menghentikan suaranya. Ia tak sanggup meneruskannya lagi. Pada saat
itu juga, seketika kaum muslim yang berada di situ tak kuasa menahan tangis
atas kepergian Nabi akhir zaman. Tangis merekapun meledak saat itu juga.
Setelah kepergian Rasulullah saw, Bilal hanya mampu mengumandangkan azan tiga
hari. Setiap sampai pada Kalimat “Asyhadu Anna Muhammadan Rosulullah. (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)” suaranya pasti
terhenti, dan berganti suara isak tangisnya. Begitupun juga yang
dirasakan oleh orang-orang islam yang mendengarnya, mereka menangis
tersedu-sedu mengenang Rasulullah saw. Karena itulah Bilal akhirnya memohon
kepada Abu Bakar yang memimpin mereka semenjak Rasulullah meninggal dunia agar
dirinya diperkenankan tidak lagi mengumandangkan azan. Dan ia juga meminta agar
diperbolehkan meninggalkan kota Madinah dengan tujuan berjihad di jalan Allah untuk
mengikuti perang di wilayah Syam.
Mendengar permintaan Bilal
tersebut, Abu Bakar merasa ragu mengabulkan keinginan Bilal. Namun Bilal terus
saja mendesaknya, dan berkata “ Wahai Abu Bakar, jika engkau dulu
membeliku untuk kepentingan dirimu sendiri, maka sekarang kau berhak untuk
menahanku. Tapi jika tujuanmu memerdekakanku karena Allah, maka biarkanlah aku
bebas berjuang menuju jalan Allah”
Abu Bakar pun menjawabnya “ Demi
Allah aku dulu membelimu hanya karena Allah, dan aku membelimu juga benar-benar
karena Allah” Bilal menjawabnya “Kalau begitu tidak akan
mengumandangkan Azan lagi setelah nabi Muhammad saw wafat”.
Setelah percakapan itu, akhirnya
Abu Bakar mengabulkan keinginan Bilal dan membiarkannya pergi meninggalkan kota
Madinah.
Bilalpun meninggalkan kota
Madinah bersama pasukan pertama yang dikirim Abu Bakar. Bilal dan pasukannya
tinggal dari daerah Dariyya yang letaknya cukup dekat dengan Damaskus. Bilal
benar-benar menjalankan apa yang menjadi keinginannya. Ia sama sekali tidak
mengumandangkan azan, hingga kedatangan Umar Ibnul Khatab ke wilayah Syam. Dan
mereka bertemu kembali setelah terpisah sekian lama. Dalam kesempatan pertemuan
tersebut, para sahabat mendesak Bilal agar mau mengumandangkan azan lagi di
hadapan Umar Ibnu Khattab seperti dulu sebelum Rasulullah saw meninggal dunia.
Umar tidak sanggup menahan tangisnya, dan iapun menangis tersedu-sedu, di ikuti
suara tangis orang-orang yang menyaksikannnya pada saat itu. Lantaran suara
emas dari Bilal saat mengumandangkan azan itu memangkitkan kembali kerinduan
kaum muslim kepada Rasulullah saw.
Sampai akhir hidupnya, Bilal sang
Pengumandang seruan langit itu tetap tinggal di Damaskus. Hingga pada saat-saat
menjelang kematiannya. Istrinya sangat setia berada di sampingnya
sesekali meneteskan air mata sambil berkata “Oh betapa sedihnya hati
ini.”. Namun setiap kali Bilal mendengar ucapan istrinya itu, dia membuka
matanya dan berkata lirih “Oh betapa bahagianya hati ini”. Dan di
hembusan nafas terakhirnya, dengan lirih Bilal berkata “Esok kita
akan bersua dengan orang-orang terkasih, Muhammad dan para sahabatnya” .
Oleh : Fajri Hastuti, Surabaya
Sumber: cyberdakwah
Belum ada Komentar untuk "Kamu Akan Menangis Membaca Kisah Ini.! Kisah Bilal Bin Rabah dan Azan Terakhirnya"
Posting Komentar